Selamat datang di blog jeruk-nipis.blogspot.com......dan terima kasih atas kunjungan anda...!!!

Blogger templates

Photobucket iklan mutiaranet

Rabu, Juli 09, 2008

Profil Usaha Jeruk Nipis

TaBuLamPot, 04 Januari 2007

Ciawi, KBI Gemari
Berawal dari keprihatinannya terhadap hasil panen jeruk nipis yang berlimpah dan tidak dimanfaatkan secara maksimal di daerahnya, sehingga banyak jeruk yang menjadi busuk dan mubazir. Selain itu, Prof. DR. H. Haryono Suyono sewaktu menjadi Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN menyarankan Nunung Nurhayati, untuk mengembangkan dan memanfaatkan panenan jeruk nipis supaya menjadi Sirup Jeruk Nipis. Hal itulah yang menambah kepercayaan dirinya untuk berkiprah.
Sebagai seorang Kepala Urusan Desa yang membawahi bidang kesejahteraan rakyat di Desa Ciawi Gebang, Kuningan, Jawa Barat, Nunung Nurhayati melihat, betapa menyedihkan tingkat ekonomi masyarakat di desanya. Untuk itu, ketua kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Berencana (UPPKS) Intan Kencana ini berusaha keras bagaimana caranya mengangkat kesejahteraan masyarakat di desanya tersebut.
Melihat di desanya banyak pohon jeruk nipis yang kurang mendapat perhatian dari para petani, sehingga panennya terbengkalai, Nunung lalu mengumpulkan beberapa orang ibu untuk mencoba membuat suatu produk siap pakai yang bahan bakunya dari jeruk nipis. Berbekal pelatihan dari Kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta pengalamannya selama sekolah di Sekolah Perawat Kesehatan, akhirnya jeruk nipis mubazir itu bisa diolah menjadi sirup dan tonik.
“Syukur alhamdulillah, ternyata sirup dan tonik jeruk nipis ini bukan hanya digemari di Indonesia saja, tapi juga oleh orang-orang manca negara,” ucapnya ketika ditemui KBI Gemari, baru-baru ini. Menurut Nunung, saat ini yang menjadi kendala ekspor dari jeruk nipis produksi kelompok UPPKS Intan Kencana selain permodalan adalah kemasan.
Umumnya pihak luar negeri menginginkan kemasan dari botol plastik sehingga mudah didaur ulang. Sedangkan kemasan yang digunakan produksi UPPKS ini dari botol kaca yang cukup berat bila akan dikirim, dan sulit untuk didaur ulang. Tak pelak, jika ada pengusaha botol plastik yang mau bekerja sama untuk menyediakan kemasan produksinya, Nunung merasa sangat senang.
Mengapa demikian? “karena, cita-cita saya untuk mengekspor hasil jeruk nipis ini ke manca negara bisa tercapai. Sedangkan untuk konsumsi dalam negeri, saya akan tetap mempertahankan menggunakan kemasan botol kaca. Karena dengan menggunakan botol kaca, tenaga kerja yang terserap cukup besar, terutama untuk mencuci botol-botol ini agar tetap steril,” harapnya.
Selama ini, diakui Nunung, memang ada yang mengekspor sirup jeruk nipisnya ke manca negara, seperti Brunei Darussalam, Kuwait, Jepang dan beberapa negara lainnya. Namun demikian jumlahnya masih kecil, karena keterbatasan tenaga dan permodalan, selain tentunya bahan baku.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku jeruk nipis, kelompok UPPKS Intan Kencana melakukan kerja sama dengan para petani, yaitu melalui pemberian bibit dan pupuk gratis serta kepastian untuk membeli hasil panen para petani ini. Dengan begitu petani di Desa Ciawi Gebang pun terangkat kehidupannya.
Kelompok UPPKS Intan Kencana yang dibentuk tanggal 1 Oktober 1996 beranggotakan 20 orang. Terdiri dari 18 orang Keluarga Sejahtera I yang semula Prasejahtera, dan dua orang dari Keluarga Sejahtera I yang kini menjadi Keluarga Sejahtera III.

Modal awal
Ketika pertama kali mengawali usaha sirup dan tonik jeruk nipis ini, menurut pengakuan Nunung, kelompok UPPKS Intan Kencana benar-benar tidak ada modal sama sekali. Namun berbekal pinjaman Kredit Usaha Keluarga Sejahtera (Kukesra) – yang diselenggarakan BKKBN, Bank BNI dan Yayasan Damandiri – sebesar Rp. 26.000, berikut pinjaman dari Keluarga Sejahtera III yang sudah mapan sebesar Rp. 300.000, mulailah usaha sirup dan tonik jeruk nipis ini beroperasi.
Kini dengan modal ketekunan dan keuletan dalam mengembangkan usaha, dibantu dengan permodalan yang berasal dari Kredit Pengembangan Kemitraan Usaha (KPKU) dari BKKBN pertama sebesar Rp. 6 juta, tahap II 20 juta, serta dari Sarana Jabar Ventura (Danareksa) sebesar Rp. 32 juta, usaha ini mengalami kemajuan pesat.
Tenaga kerjanya berasal dari ibu-ibu anggota UPPKS, dengan hasil pertama sebanyak delapan botol dan dipasarkan dari rumah ke rumah kepada anggota masyarakat. Kini kapasitas produksi sirup jeruk nipis Intan Kencana mencapai 12 ribu botol, sedangkan tonik jeruk nipis mencapai 50 ribu botol sebulan.
Harga jual sirup jeruk nipis Rp. 6.500 sebotol, sedangkan tonik jeruk nipis seharga Rp. 2.000.
“Untuk bisa mencapai target tersebut, sekarang yang bekerja bukan hanya ibu-ibu anggota UPPKS Intan Kencana saja sebagai tenaga inti, tapi juga melibatkan anggota masyarakat lain. Mereka mulai dari yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sampai anak-anak remaja pengangguran,” papar Nunung seraya menambahkan, jumlah tenaga kerjanya kini mencapai 50 orang.
Pesatnya kemajuan yang dicapai UPPKS Intan Kencana dalam memproduksi sirup dan tonik jeruk nipis mengakibatkan petani di Ciawi Gebang, kewalahan menyediakan bahan baku jeruk nipis. Sehingga untuk mendapatkan bahan baku perlu didatangkan dari Medan dan Lampung, yang selama ini dikenal sebagai daerah penghasil jeruk nipis yang cukup besar.
Upaya untuk mengembangkan usaha ini juga terus dilakukan, yaitu dengan membuat sirup dari mangga kweni. Namun, bahan baku menjadi hambatan, karena buah mangga kweni ini berbuahnya musiman, sehingga tidak bisa segera diproduksi.

Pemasaran sirup
Saat ini, pemasaran sirup maupun tonik jeruk nipis buatan UPPKS Intan Kencana selain di daerah jawa Barat sendiri, juga merambah ke kota-kota besar lainnya, baik di pulau Jawa dan Sumatera. Untuk lebih menarik konsumen mengkonsumsi sirup dan tonik jeruk nipis ini kemasannya ditambahkan assesoris tas dari anyaman bambu.
Dengan digunakannya anyaman bambu sebagai tas sirup dan tonik jeruk nipis , maka pemuda pengangguran di daerah Ciawi ini minimal bisa memiliki pekerjaan. “Dengan demikian, selain mengangkat tingkat ekonomi ibu-ibu dari keluarga pra-sejahtera, UPPKS Intan Kencana juga membuka lapangan kerja bagi anak-anak muda pengangguran, baik yang putus sekolah maupun korban PHK,” tukas mantan Kepala Urusan Desa.
Disinggung tentang perluasan jalur pemasaran, Nunung yang lulusan sekolah perawat kesehatan ini menuturkan, sebenarnya ada niatan untuk memperluas jaringan pemasaran. Namun kendala permodalan serta keterbatasan tenaga serta bahan baku memaksanya untuk sementara waktu puas dengan hasil yang sekarang. “Tapi, tahun-tahun mendatang Insya Allah akan saya penuhi, asalkan ada pengusaha besar yang mau menjadi bapak angkat dari usaha ini,” ucapnya kembali berharap.

Bagi hasil
Sistem pengupahan yang dilakukan Nunung Nurhayati selain gaji bulanan, setiap tahun juga diberikan bagi hasil, tentunya setelah dipotong modal awal serta dikurangi penyusutan dan biaya lain-lainnya. Selain itu, uang kesejahteraan dan pengobatan bagi anggota dan keluarganya yang sakit juga menjadi tanggungan dari kelompok UPPKS Intang Kencana.
Setiap tahun, biasanya keuntungan bersih yang akan dibagikan untuk anggota sejumlah Rp. 19 juta, sedangkan selebihnya sebesar Rp. 50 juga digulirkan lagi untuk modal berikutnya. Tak hanya itu, apabila ada pesanan dari daerah lain yang butuh modal besar maka keuntungan tersebut tidak dibagikan lebih dulu, tapi digunakan sebagai modal bergulir kembali. ()

1 komentar:

artha simarmata mengatakan...

apakah jeruk lemon bisa? orang tua saya petani jeruk lemon dan kurang mengetahui tempat untuk menjualnya.
saya bisa dihubungi di tri_bernadette@yahoo.com

terima kasih.
bernadette

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes